Di sebuah kota yang tenang, hidup seorang gadis cantik,
namanya Risa. Gadis ini tidak bisa melihat sejak berusia enam tahun, sebuah
penyakit menyebabkan kornea matanya rusak. Semenjak saat itu, hari-hari sang
gadis terasa gelap. Dia tidak mau bergaul dan sekolah, dia malu karena tidak
bisa melihat dunia luar. Orang tua sang gadis akhirnya menyekolahkan putri
mereka di rumah. Hingga tiba masa remaja, belum ada satupun panggilan operasi
untuk donor kornea. Risa tetap berharap dan berdoa agar suatu saat, dia kembali
bisa melihat dunia seperti dulu. Merasakan indahnya senja dan melihat
warna-warni bunga yang bermekaran di taman.
Pada suatu hari, sang
gadis bertemu dengan seorang pemuda. Mereka berjumpa pertama kali di sebuah
taman bunga. Jatuh cinta pada pandangan pertama, mungkin itulah yang dirasakan
sang gadis, walaupun dia tidak bisa melihat. Sang pemuda berusia sama
dengannya, pemuda baik yang mau menerima sang gadis apa adanya. Pemuda itu
melihat ketulusan sekaligus duka pada sang gadis, sehingga dia ingin
membahagiakan Risa dengan cintanya.
Seperti orang yang sedang
dimabuk cinta, sang pemuda berkali-kali memberikan bunga mawar merah jambu, itu
adalah bunga kesukaan Risa. Pemuda itu sangat romantis, dia merangkai kata-kata
indah dalam bentuk puisi cinta. Dia menuliskannya dalam huruf-huruf braille.
Sang pemuda juga selalu memberi semangat pada Risa, suatu saat dia pasti bisa
melihat lagi, pemuda itu berjanji.
Beberapa bulan berlalu,
kabar dari rumah sakit tiba. Risa bisa segera melakukan operasi kornea karena
ada donor yang menyerahkan korneanya. Gadis cantik itu langsung bersorak
gembira. Selain bisa melihat dunia seperti dulu, dia sangat ingin melihat wajah
kekasihnya. Sehingga Risa mempersiapkan operasinya dengan baik dan memasrahkan
hasilnya yang terbaik pada Tuhan.
Operasi itu berhasil, Risa
harus beradaptasi dengan cahaya selama beberapa minggu sampai dia diperbolehkan
berjalan-jalan seorang diri. Sejak masa operasi dan pemulihan, Risa belum
berjumpa dengan sang pemuda. Rasa rindu memuncak dan mereka berjanji untuk
bertemu di sebuah cafe romantis yang sangat nyaman.
Saat bertemu dengan sang
pemuda, Risa mengalami kekecewaan. Ternyata pemuda itu buta, sama seperti
dirinya sebelum operasi. Gadis cantik itu langsung mempertimbangkan masa
depannya jika terus berhubungan dengan sang pemuda. Bagaimana dia bisa hidup
dengan laki-laki yang buta, sedangkan hidup memerlukan banyak uang. Risa pernah
buta, dan dia merasa kesempatannya untuk berkarya dan menghasilkan uang lebih
sempit. Akhirnya Risa memutuskan hubungan dengan sang pemuda.
Beberapa hari kemudian,
Risa menerima sebuah surat
yang bertuliskan huruf braille. Walaupun sudah bisa melihat, Risa masih bisa
membaca huruf braille. Gadis itu memejamkan matanya agar sentuhan raba pada
tangannya lebih sensitif membaca surat
bertuliskan huruf braille tersebut.
Risa kekasihku, maaf jika
aku lancang menuliskan surat
ini padamu.
Aku tahu, saat ini kita
sudah bukan sepasang kekasih, tetapi cintaku masih utuh hanya untukmu. Seperti
yang sudah pernah aku katakan dahulu, kamu pasti bisa melihat dunia, senja dan
bunga mawar merah jambu kesukaanmu.
Saat kamu membaca surat
ini, aku pasti sudah berada di London
untuk meneruskan cita-citaku menjadi guru. Aku lebih bisa diterima di negara
ini, jadi aku akan menetap selamanya di sini dan mungkin tidak akan bertemu
denganmu kembali.
Rasa cinta membuatku tidak bisa membencimu,
Risa..
Satu hal yang ingin aku sampaikan, tolong
jaga hadiah yang sudah aku berikan padamu. Aku tulus memberikan kornea mataku
untukmu.
Jangan menangis, aku tahu kamu gadis yang
kuat. Aku belajar banyak darimu Risa, aku juga akan berusaha sekuat dirimu.
Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu.
Tetesan air mata jatuh di
atas kertas surat .
Selama ini Risa tidak pernah tahu siapa yang mendonorkan kornea mata untuknya,
pihak rumah sakit merahasiakannya. Sekarang dia tahu siapa orang yang sudah
merelakan penglihatan itu untuknya.
***
Saat kamu rela menyerahkan
kebahagiaan untuk orang yang paling kamu cintai,
itulah cinta sejati.
(sumber: Vemale.com)
Komentar
Posting Komentar