Beberapa hari yang lalu seorang sahabat bertanya
kepadaku: “Apa yang kau pahami tentang hidup? Untuk apa kamu hidup? Bagaimana
kamu menjalani hidup ini? Apa yang kau lakukan untuk memaknai hidup ini…?”. Aku
hanya tersenyum tak mampu menjawab keseluruhan pertanyaan itu, dan membuatku
terus berpikir tentangnya. Pertanyaan yang mudah untuk diucapkan namun sangat
sulit untuk dijawab dan sangatlah dalam maknanya. Pertanyaan yang tidak akan
mungkin bisa dijawab hanya dengan kata-kata saja namun dengan keheningan dalam
sebuah perenungan.
Hakikat hidup
Jika dihadapkan pada pertanyaan apa itu hidup…? tentunya
hidup adalah kepastian (faktisitas, takdir) yang terjadi begitu saja di luar
kehendak manusia yang ditentukan oleh Rabb Semesta Alam. Seseorang dikatakan hidup
masih masih ada rohnya dalam jasadnya. Roh inilah yang berfungsi sebagai power
atau kekuatan bagi setiap manusia yang normal/sehat, sehingga semua organ-organ
tubuh manusia dapat berfungsi. Selain roh manusia dilengkapi panca indera dan
akal budi. Dengan karunia Allah SWT ini manusia dalam hidupnya diberi kebebasan
menentukan keputusan hidupnya dengan menentukan pilihan-pilihan hidup atas masa
depannya. Hitam atau putih, baik atau buruk dalam kehidupan yang akan
dijalaninya adalah keputusan atas pilihan hidup yang sudah ditentukannya. Oleh
karena menjalani kehidupan adalah sebuah kemungkinan dan pilihan makanya perlu
dipikirkan dan direncanakan secara matang. Hidup sekedar ada dalam wujud
manusia tidaklah cukup, kita harus memberinya makna terhadap kehidupan kita.
Pemaknaan atas kehidupan
Makna adalah pemahaman tertentu yang kita ciptakan
terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan, sedangkan kehidupan adalah
hal, cara, yang berhubungan dengan hidup, sehingga pemaknaan atas kehidupan
menyangkut pemahaman yang kita ciptakan sendiri atas hidup. Pemaknaan terhadap
kehidupan hanya bisa dilakukan secara baik dan benar apabila dalam proses
pemaknaan tidak dilakukan secara parsial. Banyak cara tersedia untuk mencapai
hidup yang lebih bermakna. Makna itu tidak diciptakan oleh kehidupan atau
lingkungan. Kita yang
diberi hak untuk menciptakan makna atas kehidupan. Karena kita yang
menciptakan, maka sifatnya pilihan. Kehidupan bermakna adalah kehidupan yang
dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap
positif dan bertindak positif. Kehidupan kita akan lebih bermakna apabila kita sanggup
berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif atau mencerahkan. Memaknai tugas sebagai tantangan akan
lebih positif ketimbang memaknainya sebagai tekanan. Memaknai kegagalan bukan
semata-mata sebagai kehancuran tetapi lebih sebagai gerbang kesuksesan yang
tertunda. Memaknai kritikan bukan sebagai keburukan tetapi sebagai lecutan yang
menyemangatkan jiwa. Seperti ketika kita memandang gelas yang berisi setengah
air, bukan gelas yang kosong setengah. Kehidupan akan lebih bermakna ketika
kita mampu memaknai setiap kehidupan secara lebih positif.
Kehidupan juga bukan sekedar ilusi, akan tetapi kehadiran
adalah fakta yang membangun kehidupan kita. Seperti sekuntum bunga mawar yang
diberikan sang kekasih, yang di depan bukanlah kuntum bunga, akan tetapi sosok
kekasih yang memancah kasih dan cintanya. Kuntum bunga sekedar ilusi, kehadiran
kekasih yang penuh cinta adalah fakta yang hadir di hadapan mata. Peralihan
kuntum bunga menjadi yang lain, yaitu kehadiran sang kekasih, dibangun oleh
kehidupan yang telah dijalaninya bersama. Kehidupan yang sarat dengan makna.
Pemberian makna terhadap kehidupan memang dilakukan dengan melakukan perenungan,
dan memberi nilai terhadap kehidupan yang telah dan sedang kita jalani.
Peristiwa masa lalu yang telah dilewati dalam kehidupan kita bila tidak
dimaknai hanya akan hadir dalam ingatan kita sekedar sebagai sebuah peristiwa.
Masa lalu ketika dijalani adalah sebuah kemungkinan dan pilihan, akan tetapi
ketika ia telah lewat dan hadir dalam ingatan, ia menjadi kepastian yang tidak
bisa dirubah. Masa lalu hanya bisa berubah dalam dan melalui pemaknaan.
Memaknai kehidupan menjadi penting untuk menentukan penyikapan terhadap
kehidupan dan segala aspek yang berhubungan dengan kehidupan kita.
Makna hidup manusia sebenarnya sudah tergambar disetiap
langkah kehidupannya, dari pengalaman indah, dari pengalaman buruk, dari
hubungan dengan istri atau suami dan anak-anak, dari cara kita bekerja
sehari-hari, dari cara kita berkendara, dan masih banyak lagi. Namun karena
semua ini hanya bersifat rutinitas, seringkali maknanya terlewati oleh kita dan
oleh karena kita perlu kita cari, mencari makna hidup. Namun, yang perlu kita lakukan
bukanlah sekedar mencari dan mencari, tapi merubah makna dari setiap kejadian
yang sering terlewati jadi sesuatu yang nyata, sesuatu yang kita harapkan, yang
kita pelajari, yang kita ambil hikmahnya, dan sesuatu yang kemudian makin
menguatkan semangat kita dalam hidup ini
Makna hidup yang hakiki
Dalam konteks manusia, alam akhirat merupakan kelanjutan
yang bersifat konsekwensional dari kehidupan manusia di dunia. Dengan kata lain, kehidupan manusia
didunialah yang menjadi penentu kehidupan manusia di akhirat. Dengan kata lain,
inti persoalan kehidupan akhirat adalah kehidupan manusia di muka bumi ini.
Dengan menjadikan dunia sebagai pusat, tidaklah kita mengutamakan kehidupan
kehidupan dunia dan mengecilkan bahkan menafikan kehidupan akhirat.
Kehidupan menjadi hakiki ketika dalam kehidupan ini yang
diutamakan adalah ridho Allah SWT, dari waktu ke waktu, perpindahan dari suatu
tempat yang satu dengan yang lainnya selalu dalam taburan ridho Allah SWT. Agar
dalam setiap saat tidak terjadi kekecewaan dan penyesalan sebagaimana
digambarkan dalam Al-Qur’an, Surat Munafiquun, ayat 10 : “Salah seorang di
antara kamu, lalu ia berkata : Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan
aku termasuk orang-orang yang sholeh”. Makna hidup yang hakiki bagi setiap
muslim ketika selalu waspada setiap saat untuk menggapai ridho Ilahy, menebar
rahmat dan mengekang hawa nafsu.
Sumber
: http://sasmini.staff.uns.ac.id
Komentar
Posting Komentar